Silsilah Yusril Ihza Mahendra Datuak Maharajo Palinduang
Suprizal Tanjung's Surau
Berdoa Bekerja & Berguna untuk Semua
Silsilah Yusril Ihza Mahendra Datuak Maharajo Palinduang
Nursehah, Ibunda Yusril: Kami Orang Minang, dari Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh
Padang Ekspres, 06-Februari-2006
Banyak pihak yang menilai Yusril Ihza Mahendra, yang saat ini menjabat Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) adalah putra Bangkinang, Provinsi Riau. Hal itu dapat dibenarkan, karena semenjak dilahirkan hingga besar, mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu, berada di Siabu, Bangkinang.
Namun tidak banyak yang tahu, jika Yusril memiliki asal usul dari Minangkabau. Rajo Luak Limopuluah Datuak Marajo Indo Mamangun saat menyambut kedatangan Yusril Ihza Mahendra, penghulu yang terdaftar sebagai datuak-datuak dan penghulu-penghulu di Luhak Limapuluh menyatakan, kalau sejarah ninik mamak yang saat ini dipangku Yusril, tidak bisa dibantahkan.
Dalam lintasan sejarah Minangkabau, pada ”barih nan balabeh” adat disebutkan, adalah niniak mamak nan 50 yang turun dari Pariangan Padangpanjang datang ke Luak Limapuluh melalui Sungai Patai (Tanahdatar) ke Situjuah Ladang Laweh, Padang Kuniang, Situjuah Gadang dan terus ke timur Sikabu-kabu. Mereka turun dan sampai di Aia Tabik. Dalam perjalanan mencari tempat untuk menetap, mereka berkumpul di sebuah tempat bernama Padang Siantah sekarang. Di tempat itu mereka saling bertanya, dan saling memberi jawab, ”Antah” dalam pencarian kawan yang hilang.
Lantas mereka menyebar yang belakangan diketahui dari orang ”nan batigo” penduduk setempat yakni, Dt Jin No Katie, Dt Prabu Nasti dan Dt Rajo Pandawa, lima niniak yang hilang tersebut berjalan melalui Bukit Limbuku-Batu Balang, Buluah Kasok sampai ke Kampar.
Saat itu ninik mamak yang lima orang itu, menjadi Pucuak Adat Limo Koto Kampar. Daerahnya membawahi, Kuok, Bangkinang, Salo, Aia Tirih dan Rumbio.
Ninik yang lima yang dalam artian luak itu berarti kurang, menjadi nama Luak 50 yang menyebar di berbagai tempat. Sampai saat inilah, ninik mamak dan penghulu itu, dalam kewilayahan Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota berjumlah tidak kurang dari 13 ribu. Hal yang sama juga terjadi pada keturunan ”ninik nan balimo” di Kampar yang sampai saat ini menyebar dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan daerah. Masing-masing keturunan dari ninik yang 50 itu, secara turun menurun dan berkembang membangun jati diri atau Soko (tiang utama).
Salah satunya telah menjadi gelar kaum, Datuak Mahadajo Palinduang yang saat ini disandang Prof Dr Yusril Ihza Mahendra. Ia adalah putra Minangkabau yang mewarisi Soko kebesarannya yang telah dilewakan di Si Abu tahun 2002 lalu.
Guru besar hukum itu lahir di Pulau Belitung dari rahim seorang bundo kanduang Datuak Maharajo Palinduang. Karena itu, dengan diserahkannya gelar Dt Maharajo Palinduang itu kepada Yusril Ihza Mahendra, maka melengkapi kebesaran ”rajo nan balimo” yang di dalamnya ada Datuak Bandaro Hitam (Rajo Diranah), Kamanakan Nan Sambilan meliputi, Sicincin, Labuah Kudo, Pariangan Padangpanjang, Silarak, Tabek Anduang, Tanjuang Aro, Sikabu-kabu, Tanjuang Kaliang dan Koto Marapak. Selain itu, juga melengkapi kehadiran anak nan balimo, Andaleh, Mungo, Sungai Kamuyang, Aua Kuniang dan Limbukan serta dunsanak dan baduo,Tiaka Payobasuang.
”Mangambang Leba”
Penyerahan tongkat dan keris kepada Yusril Ihza Mahendra Dt Maharajo Palinduang dari Pasukuan Melayu Dt Mudo dari Siabau Koto Bangkinang dari Rajo Luhak Limo Puluah dan Pewaris kerajaan Pagaruyung kemarin, menandai dimulainya acara ”Mangambang Leba, Marantang Panjang Gelar Pusako” yang dilaksanakan dalam penuh suasana kekerabatan dan khitmad.
Kegiatan yang dilaksanakan di Istano Linduang Bulan juga dilaksanakan dalam prosesi adat dalam bentuk pasambahan adat yang dibawakan oleh ninik mamak nan batujuh Pagaruyung, sedangkan kegiatan acara ”Mangambang leba dan merantang” itu dihadiri langsung oleh pewaris Pagaruyung, Tuanku Mudo Mahkota Alam Sutan Sm Taufik Thaib beserta Basa Ampek Balai, Langgam nan Tujuh.
Di samping itu juga hadir Asisten IV Setdaprov Sumbar Yohanes Dahlan, Wakil Bupati Tanahdatar Aulizur Syuib, Ketua LKAAM Sumatera Barat Kamardi Rais P Dt Simulie, Sy Dt Marajo Indo Mamangun Rajo Luhak lima Puluah, Ketua Badan Pemberdayaan Limbago Adat tertinggi Rajo Mufakat Luhak Limopuluah dengan tuan serta seluruh ninik mamak, pemuda dan cerdik pandai di Tanahdatar dan Luhak Limopuluah.
Dalam sambutannya, Ketua LKAAM Sumatera Barat Kamardi Rais P Dt Simulie meluruskan bahwa kegiatan ”Mangambang Leba dan Marantang Panjang” yang dilakukan di Istano Linduang Bulan bukan pemberian gelar kehormatan karena beliau sendiri sudah menyandang gelar sako adat Dt Maharajo Palinduang dari Pasukuan Melayu DT Mudo Nagari Siabu V Koto Bangkinang.
Dan, kegiatannya ”mangambang leba dan marentang panjang” gelar sako yang telah diberi amanah oleh kaumnya, karena gelar sako adalah institusi kepemimpinan kaum di Minangkabau. Dia pun didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang dalam memimpin anak kemenakannya.
Dt P Simulie meminta semua pihak menata kembali seluruh hukum yang ada di negeri ini, termasuk menyelaraskan norma-norma adat dengan legalitas undang-undang. Tanah ulayat sebagai pusako tinggi berupa ”cancang latiah, tambilang basi” nenek moyang dan ada pusako rendah hasil keringat ayah dan ibu. Demikian pula punya UU No 5 tahun 1960 yang disebut UU Pokok Agraria yang sudah masanya harus direvisi, terutama pasal 28 yang menyebutkan sehabis Hak Guna Usaha (HGU) tanah dapat tidak dikembalikan kepada pemilik ulayat, tapi langsung menjadi tanah negara.
Komentar Raja Pagaruyung
Sementara itu, Pewaris Pagaruyung Tuanku Mudo Mahkota Alam Sutan SM Taufik Thaib menambahkan, Yusril Mahendra bukan diberi gelar kehormatan, karena gelar sako oleh kaumnya dalam suku Melayu sudah dilaksanakan tahun 2002 lalu. ”Kedatangan beliau dengan keluarga dan rombongan sangat mengembirakan kita. Ini sekaligus dapat memperkokoh dan memperjelas pertalian adat antara Lima Koto Kampar V Koto dengan Luhak Limapuluh dengan Minangkabau sendiri.
Yusril Ihza Mahendra Dt Maharajo Palinduang mengakui pemberian gelar sako kaum baginya telah diberikan pada tahun 2002 lalu.
”Saya menyadari gelar itu merupakan tugas berat, yaitu ”anak dipangku dan kamanakan dibimbiang”, belum lagi sumpah yang dibacakan sendiri cukup besar artinya dalam menjalankan amanahnya sebagai ninik mamak yang cukup luar biasa beratnya. Namun demikian, saya sangat gembira apalagi sebagai orang yang dipercayakan sebagai ninik mamak juga disambut dengan penuh keakraban. Tidak saja sebagai anak kemenakan, tapi juga dalam lingkungan keluarga dan kerabatan di Minangkabau sendiri, termasuk di Kabupaten Tanahdatar dan Kabupaten Limapuluh Kota sebagai keluarga sendiri,” ujarnya.
Menyinggung masalah hukum adat, lebih jauh ia menyebutkan bahwa saat ini Minangkabau menilai, sebagian kaedah hukum adat diangkat sebagai hukum nasional. Dan kaedah hukum Islam diangkat sebagai hukum nasional. Antara hukum adat dan hukum Islam di Minangkabau ada perdamaian dalam seluruh persoalan antara hukum adat dengan hukum Islam.
Pengakuan Nursehah (76), Ibunda Yusril Ihza Mahendra
Lika-liku hidup Yusril pun juga dituturkan Ibunda tercinta, Nursehah (76), sesaat sebelum take off menuju Jakarta di VIP Room Bandara Internasional Minangkabau. Nursehah mengungkapkan, dulunya ia pergi merantau ke Singkep, Riau. Ia tak ingat lagi kapan ia pergi merantau ke daerah tersebut.
”Awalnya kami merantau ke Singkep, Riau. Puluhan tahun kami menetap di sana. Sampai akhirnya kami berlabuh di Mangar, Pulau Belitung. Kami tak tahu lagi rentang sejarah asal-usul silsilah keluarga. Kala itu pun, tak ada waktu untuk merunut jejak silsilah itu,” tukas Nursehah yang sudah 18 tahun ditinggalkan suami tercinta, Idris.
Ayah Yusril bersuku Melayu Malaysia. Ia dianggap keturunan raja di salah satu negara bagian di negeri Jiran itu. Upaya mengungkap jejak silsilah itu, kembali diupayakan keluarga besar Yusril. Kala itu, Yusril didaulat menjadi Menteri Kehakiman dan HAM.
”Mulailah kami menelusuri silsilah keluarga. Saya tak berkeinginan juga jejak silsilah keluarga tak berkejelasan. Apalagi selaku tokoh nasional, tentu Yusril mesti diketahui silsilah keluarganya,” kenang Nursehah.
Ibu yang mengaku memiliki 11 anak ini, memaparkan perjuangannya mencari jejak silsilah keluarganya. Perjuangan itu dimulai dengan membawa silsilah keluarga di Mangar Belitung dan diakurkan di Padang.
”Setelah kami telaah lebih dalam bersama tokoh-tokoh adat, akhirnya ditemui kejelasan silsilah kami. Kala itu kami bersyukur. Yusril memang orang Minang, yaitu Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh” tegas Nursehah.
Silsilah itu membuktikan, Yusril berasal dari Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh. Jejak silsilah itu juga mengungkapkan, keluarga Yusril sebelum sampai ke Mangar Belitung, ia menyeberang ke Siabu Bangkinang, Singkep Riau, dan baru ke Mangar Belitung.
”Inilah juga yang mengantarkan Yusril memangku gelar Sako (Kaum) Dt Maharajo Palinduangan, bukan gelar kehormatan,” akhirnya.
Kiprah Yusril Ihza Mahendra
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra (lahir di Lalang, Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956; umur 56 tahun) adalah seorang pakar hukum tata negara, politikus dan Intelektual Indonesia. Ia menjabat Menteri Sekretaris Negara Indonesia pada periode 20 Oktober 2004-8 Mei 2007.
Di bidang politik, dari tahun 1998 hingga 2005 ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Yusril telah tiga kali menempati jabatan sebagai seorang menteri dalam kabinet pemerintahan Indonesia, yaitu Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (26 Agustus 2000-7 Februari 2001), Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Gotong Royong (Agustus 2001-2004) dan terakhir Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu (20 Oktober 2004-2007). (jon/mal/rdo/ril)
Sumber:
http://www.superkoran.info/forums/viewtopic.php?f=1&t=32233
http://id.wikipedia.org/wiki/Yusril_Ihza_Mahendra
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Silsilah Yusril Ihza Mahendra, dari jalur Kesultanan Johor
http://kanzunqalam.wordpress.com/2012/12/14/yusril-ihza-mahendra-kesultanan-johor-dan-dinasti-makhdum-perlak/