Posts

Featured Post

GENERASI MUHAMMADIYAH BERKAPASITAS TINGGI

Image
http://suarapolitik.com/index.php/main/berita/816/shofwan-karim-elha-generasi-muhammadiyah-berkapasitas-tinggi#.VoFuX0NU_vc.facebook SHOFWAN KARIM ELHA, GENERASI MUHAMMADIYAH BERKAPASITAS TINGGI Artikel  dari  Kategori  :  Profil http://suarapolitik.com/index.php/main/berita/816/shofwan-karim-elha-generasi-muhammadiyah-berkapasi Shofwan Karim   |  Sabtu, 23 April 2016 - 19:51:34 WIB  |  dibaca: 1 pembaca  Dalam MUSWIL (Musyawarah Wilayah) ke 41 Muhammadiyah Sumatera Barat menelurkan hasil, terpilihnya Dr. Shofwan Karim Elha menggantikan ketua lama Prof Dr Rusydi untuk periode 2015-2020 di Padang, Sabtu, 26/12/2015. Shofwan ditunjuk menjadi ketua umum oleh 13 formatur baru PW Muhammadiyah Sumatera Barat. Dalam pemilihan, Shofwan menempati urutan teratas dengan memperoleh 179 suara dari 243 peserta muswil terhadap 39 daftar calon tetap. Shofwan Karim sebelumnya pernah memimpin PW Muhammadiyah Sumbar periode 2005-2010 dan penasihat PWM periode 2010-2015. Gen

Merebut ataukah Mengisi Kekuasaan

Image
Merebut Kekuasaan ataukah Mengisinya? Shofwan Karim Paling tidak ada dua kutub pemikiran Islam tentang kekuasaan. Pertama, rebut. Kedua, isi. M erebut, kesannya lebih revolusionar. Lebih cepat sampai. Mengisi, seakan lebih berkeadaban. Hanya terkesan evolusioner, bertahap, lamban bahkan merayap. Pendapat pertama, Sayyid Qutb (1906-1966 M ) . Katanya,   Amar ma’ruf nahy mungkar tidak bisa ditegakkan tanpa kekuasaan . Oleh karena itu, berkuasa dulu baru  amar ma’ruf nahy mungkar  bisa terlaksana dengan sempurna. Gugus pikir yang demikian,  antara lain  sering dikutip ketika tokoh Ikhawanul Muslimin ini memahami,  QS. Ali Imran, 3:104. Kedua, Ibnu Katsir (1301-1372 M).   Ketika memahami ayat yang sama tadi, mufassir klasik ini menisbahkan kepada hadist Rasulullah saw. “ Bila anda melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan “tangan” atau kekuasaan. Bila tak mampu ubah dengan lidah atau ucapan. Bila tidak mampu juga maka ubahlah dengan hat i, (tidak mengikuti kemungkaran dan mendoakan yang ber

Visi dan Misi Prof Dr Arif Satria Ketum Terpilih Muktamar ICMI VII dan Milad XXXI Bandung, 4-6 Desember 2021

Image
Visi dan Misi Prof Dr Arif Satria Ketum Terpilih Muktamar ICMI VII dan Milad XXXI Bandung, 4-6 Desember 2021 Rektor IPB Prof Arif Satria Calon Kuat Ketua ICMI 2021-2026 (inews.id) Rektor IPB Prof Arif Satria Calon Kuat Ketua ICMI 2021-2026 Rektor IPB Prof Arif Satria calon kuat Ketua Umum ICMI 2021-2026. (Foto: ISTIMEWA/https:/alumniipbpedia.id) BANDUNG, iNews.id -  Kontestasi pemilihan Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ( ICMI ) 2021-2026 menghangat. Dari sekian bakal calon, yang kuat beredar di kalangan muktamirin adalah Rektor Institut Pertanian Bogor ( IPB ) Profesor Arif Satria yang juga sebagai Ketua Orwilsus Bogor. Menguatnya nama Arif Satria lantaran sebagian besar Muktamirin menginginkan "darah segar", pemimpin muda yang memimpin ICMI ke depan. Muktamirin juga menginginkan Pemimpin ICMI memiliki akar kuat di kalangan umat Islam, memiliki  networking  (jejaring), dan kapasitas intelektual tak diragukan lagi. "Secara terbuka kami menyatakan Arif Satria

Uni Puan, Pulang Kampunglah. Kami Telah Memaafkan Uni

Image
Uni Puan, Pulang Kampunglah. Kami Telah Memaafkan Uni Berita Utama   Drs. Jasman, MM.(DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA)   14 September 2020 10:41:50 WIB Uni Puan, Kami Telah Memaafkan Uni. Pulang Kampunglah Padang - Gonjang ganjing perdebatan publik diberbagai ranah tentang ucapan Uni Puan Maharani saat menyerahkan surat dukungan PDI P ke pasangan bakal calon Gubernur Sumbar Mulyadi dan Ali Mukni, berbuntut menjadi sebuah diskusi yang menarik di Indonesia Lawyer Club (ILC) TV One. Dalam diskusi tersebut banyak corak ragam pendapat tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh Uni Puan atau pun harapan kepada masyarakat Minangkabau. Sebelumnya, diberbagai media sosial, media cetak, elektronik dan media mainstream, juga telah berkucatak diskusi dan pandangan-pandangan dari berbagai ragam pendapat masyarakat tentang pernyataan Puan dimaksud.  Dalam hal ini beberapa tokoh masyarakat Minangkabau, kami coba minta pendapatnya tentang ucapan Puan dimaksud, antara lain, Gubernur Sumbar Prof. Irwan

Repleksi Cak Nur dan Buya Syafii Pilpres 2004

Image
    Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A.  (17 Maret 1939 – 29 Agustus 2005)                                                     Komentar Harian Singgalang, 2004:                                          Tokoh Islam Kontemporer dan Godaan Politik (J udul asli waktu itu) Oleh Shofwan Karim shofwan.karim@hotmail.com             Di tengah banyaknya  tokoh Islam mutakhir Indonesia yang kini menjadi milik kita, ada dua tokoh ingin dikemukakan di sini. Keduanya  tidak hanya menjadi guru besar universitas tetapi orisinal sebagai guru besar bangsa. Dua sejoli itu adalah Prof Dr. Nurcholish Madjid (Mojoanyar, 65 th), Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Sumpur Kudus, 69 th) .             Kedua mereka adalah sosok idealis. Kokoh fondasi keilmuwan teori dan praktik Islam. Menguasai secara prima  debat tekstual dan kontekstual Islam. Mereka penulis poduktif, pewacana aktif, dan progresif. Kini, Nurcholish adalah Rektor Universitas Paramadina Mulya. Syafii, Guru Besar UNJ ini sedang memimpin 20 juta

Selamat Jalan Adinda Anwar Syarkawi

Image
 SELAMAT JALAN ADINDA ANWAR SYARKAWI Oleh H Hasril Chaniago (Wartawan Nasional, Penulis Buku Biografi, Budayawan, MPI PWM Sumbar 2000-2005) Sesungguhnya ajal adalah kepastian dari Allah SWT yang tak bisa ditunda ataupun dipercepat barang semenit pun. Kita manusia yang serba terbatas ini tetap saja tidak pernah tahu kapan ajal itu datang. Demikian lah yang saya alami dengan kepergian Adinda Anwar Syarkawi , M.Ag., dosen Fakultas Dakwah UIN Imam Bonjol, Rabu 10 Februari 2021 pkl 12.10 hari ini. Saya yang biasanya hampir setiap hari berkomunikasi melalui FB dengan An, demikian saya memanggilnya, tiba-tiba merasa terhentak ketika membaca status dari adinda Boiziardi As sekitar 1 jam setelah kepergian An di RS M. Djamil Padang. Saya tak pernah tahu An ternyata sudah masuk rumah sakit Unand sejak tanggal 2 Februari yang lalu. Padahal, sepekan sebelumnya dia menghubungi saya untuk minta bantu memberi konsultasi kepada mahasiswa bimbingannya yang akan menulis skripsi tentang seorang tokoh ulam

SKB 3 Menteri Kurang Kerjaan: M Nuh

Image
Muhammad Nuh: Kurang Kerjaan Angkat Isu Seragam Sekolah ke Nasional Oleh  Yopi Makdori  pada 06 Feb 2021, 13:48 WIB Perbesar Mantan Mendikbud Muhammad Nuh (Liputan6.com/Herman Zakharia) Liputan6.com, Jakarta  Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Muhammad Nuh  mengkritisi langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud ) yang mengangkat isu dugaan intoleransi soal kewajiban seragam sekolah muslim bagi nonmuslim pada salah satu sekolah di Padang, Sumatera Barat sebagai isu nasional. Pasalnya menurut Nuh itu hanya isu lokal yang bisa diselesaikan secara bijak tanpa perlu mengeluarkan tenaga yang besar. "Cukup selesaikan, sampaikan saja ke dinasnya, itukan urusan dinas. Jangan begitu kita tarik ke nasional maka kita ngangkat persoalan simpel menjadi persoalan besar. Kurang gawean, kurang pekerjaan," tegas Nuh dalam acara Fellowship Jurnalisme Pendidikan 2021 yang dihelat oleh Gerakan Jurnalis Peduli Pendidikan, Jumat (5/2/2021). Nuh menyarankan mestinya  Kemendik

https://tarbiyahislamiyah.id/islam-di-sumatra-barat-yang-sedang-sial/

Image
Islam di Sumatra Barat yang Sedang Sial - Tarbiyah Islamiyah 15.855 Islam umpama sapi perah bagi masyarakat Minang Sumatra Barat. Selain menjadi sumber energi dan nutrisi budaya, ia juga menjadi alat pencitraan yang utama. Tak kecuali pada era aplikasi android ini, di saat Islam mendapatkan ekspresi barunya sebagai salah satu  tools  sosial yang paling  fashionable  untuk mendapatkan simpati dan pengaruh. Yang menarik, di tengah upaya kalangan cendekia, agama, dan pemerintah lokal menguatkan citra keislaman mereka, realitas justru berjalan makin menjauh dari prinsip-prinsip keislaman itu. Orang Sumatra Barat misalnya, umumnya lebih suka menghabiskan energi dan uang untuk menggelar pentas “orgen tunggal” ketimbang memberi makan kaum duafa dalam sebuah acara perkawinan.  Sementara pada saat yang bersamaan, masyarakat Sumatra Barat juga cenderung merasa paling baik kadar keislamannya dibanding masyarakat-masyarakat di daerah lain. Pada tataran kelembagaan, indikasinya kentara betul melalu